ARTIKEL TERBARU

Selasa, 17 Mei 2011

Surabaya Under Cover - Karaoke (2)

Tamu Ganteng, Tarif Bisa Diatur


Menemukan layanan purel kelas teri tidaklah sulit. Silakan Anda berjalan-jalan di kawasan lokalisasi, tentu kita akan menemukan rumah-rumah minum (minuman keras) yang dilengkapi dengan karaoke serta hiburan dangdut.

Disini terdapat beberapa wanita pendamping atau purel yang menyediakan jasa layanan pendampingan dengan tarif murah. Purel inilah yang digolongkan dalam kelompok wanita pendamping kelas bawah.

Dari lima kawasan lokalisasi yang ada di Surabaya, yakni Dolly, Jarak, Bangunsari, Kremil dan Moroseneng, semuanya berdiri hiburan karaoke dewasa kelas bawah.

Rumah karaoke ini lazimya sederhana, bahkan ada yang berwarna merah jambu dengan hiasan lampu kelap-kelip serta alunan musik yang terdengar dari luar di kawasan kompleks lokalisasi Bangunsari.

Suara musik itu menandakan bahwa rumah tersebut terbuka untuk umum. wajar pemilik usaha di kawasan tersebut memasang tanda. hal ini untuk membedakan dengan rumah tangga biasa yang memang berbaur dengan kompleks lokalisasi.

Tidak banyak yang istimewa dari rumah karaoke dewasa tersebut, baik bentuk bangunan maupun interior dalam ruangan. ruang yang disediakan pun tak terlalu luas, berukuran sekitar 6 x 6 meter dengan tata ruang perbot yang lebih mirip dengan depot makanan.

Di ruang tersebut disediakan satu televisi layar lebar lengkap dengan peralatan karaoke, serta meja-meja kecil yang sederhana. Di dalam ruang yang sedikit remang tersebut, nampak beberapa wanita berusia paruh baya sibuk bercanda dengan pengunjung rumah karaoke kelas bawah tersebut.

Seorang wanita yang mengaku bernama Erni yang berusia sekitar 36 tahunan nampak ramah menyambut para tamu. Erni adalah salah satu purel di rumah karaoke tersebut. Ketika beritajatim.com mencoba menanyakan harga untuk jasa mendampingi berkaraoke, Erni tidak bersedia menyebutkan.

"Wis nek tamune ganteng-ganteng ngene aku gak isok ngarani. Wis, kene lho yang, tak bandhari. kate nggombe opo? (kalau tamunya ganteng seperti ini, saya tidak bisa menaksir harga. Sudah sini sayang, saya temani minum. Mau minum apa?)," ujar erni dengan nada manja.

Setelah menyebut jenis minuman yang dipesan, dengan cekatan wanita berambut ikal dan berkulit sawo matang tersebut menuju ke area bar mini dan mengambil minuman. Tanpa dikomando, Erni yang saat itu mengenakan kaos ketat warna biru dengan rok mini langsung mencampurkan minuman dalam gelas dan membagikan kepada tamunnya.

Sesekali wanita yang mengaku asal kota Malang tersebut bersandar manja di bahu para tamunya. Seperti layaknya tugas seorang purel, Erni mampu membangkitkan suasana berkaraoke menjadi lebih bergairah dan sesekali erotis dengan rayuan manjanya. seakan tak peduli dengan seisi ruangan, Erni terus berupaya untuk menciptakan suasana meriah dari kelompok tamu yang menyewanya.

Kepada beritajatim.com, Erni mengaku, sebelum menjadi purel di rumah karaoke tersebut, dirinya pernah menjadi pramuria di salah satu wisma di kompleks lokalisasi tersebut. Namun karena termakan usia dan kalah bersaing dengan pramuria yang berusia muda, Erni memilih baralih profesi menjadi purel.

"Sepi mas, wis gak payu. Akeh sing enom (sepi mas, sudah gak laku, banyak yang muda)," ujarnya sambil tertawa karena terpengaruh minuman keras.

Menurut Erni, lebih enak berprofesi sebagai purel daripada menjadi WTS. Alasanya, purel tidak perlu bersusah payah dan mengeluarkan keringat untuk melayani hasrat para tamu di ranjang. Dengan bermodal komunikasi yang baik, serta senyum ramah, seorang purel sudah mendapat uang, bahkan lebih dibanding menjadi WTS.

"Enak ngene mas, gak usah soro-soro mekangkang wis oleh duwit (Enak gini mas, nggak perlu susah susah ngangkang sudah dapat uang)," imbuhnya sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Peluk, cium serta jamahan tangan para tamu pada tubuh montoknya tak membuat Erni Risih. Maklum pada profesi sebelumnya, Erni bahkan melayani seluruh kebutuhan seksual para tamunya, lebih dari sekedar peluk dan cium.

Meski sudah beralih profesi menjadi purel, namun sesekali Erni menerima tawaran transaksi seksual dari tamu yang dipilihnya.

Setelah hampir tiga jam, beritajatim.com berniat untuk menyudahi berkaraoke. namun ketika menanyakan lagi upah yang harus dibayak kepadanya, Erni lagi - lagi enggan menyebut nominal dan memilih untuk pasrah menerima upah dari tamunya. "Sembarang mas, pokok ikhlas," ujarnya sambil malu-malu.

Setelah menyerahkan uang Rp 100 ribu kepada Erni, beritajatim.com pamit. nampak raut muka Erni sumringah ketika menerima imbalan atas jasanya meskipun hanya selembar uang seratus ribuan. Meski tergolong kecil untuk ukuran hiburan dunia malam, namun bagi Erni, uang tersebut sudah cukup untuk membantu menopang kehidupanya sehari - hari.

"Suwun mas, ojok lali mampir maneh yo. Golekono jenengku, Erni (terima kasih mas, jangan lupa mampir lagi ya. cari nama saya Erni," pungkasnya sembari mengantarkan di depan pintu keluar.

0 komentar:

Posting Komentar